MENGENAL AHLUSSUNNAH
WAL
JAMA’AH
Definisi Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Umat Islam telah
bersepakat bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang selamat (al
firqah an najiyah). Karena itu setiap sekte dalam Islam selalu mengklaim
bahwa kelompok merekalah yang berhak disebut dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Padahal definisi Ahlussunnah wal Jama’ah sebenarnya telah dijelaskan
oleh Rasulullah sendiri. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-
bersabda:
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً
كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوْا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِيْ
“Dan umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan, seluruhnya di neraka kecuali satu golongan. Para sahabat
bertanya siapa satu golongan itu wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda: golongan
yang mengikuti ajaranku dan para sahabatku”[1]
Berdasarkan hadits
ini dapat kita simpulkan bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah umat Islam
yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya baik dalam masalah akidah
maupun ahkam. Namun lagi-lagi setiap sekte mengklaim diri sebagai
golongan yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya. Sehingga membuat
kebingungan pada orang –orang yang masih awam. Meskipun sebenarnya definisi
Ahlussunnah Wal Jama’ah di atas telah ditafsirkan oleh Rasulullah sendiri dalam
hadits lain dari Mu’awiyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Rasulullah
bersabda:
وَإِنَّ هَذِهِ
الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى
النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَهِىَ الْجَمَاعَة
“Dan sesungguhnya agama ini
akan terpecah belah menjadi 73, 72 di neraka dan satu di surga yaitu al Jama’ah”[2]
Senada dengan
hadits tersebut, Rasulullah -shallallahu ‘alayhi wasallam- juga bersabda:
فَمَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةَ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ
"…maka barang siapa yang menginginkan
tempat lapang di surga hendaklah berpegang teguh pada al Jama’ah”.[3]
Makna al Jama’ah dalam
dua hadits di atas adalah al Jumhur (mayoritas umat Islam) dan bukan
shalat Jama’ah –sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang-. Hal ini dapat
dipahami dari hadits lain, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-
bersabda:
إِنَّ
أُمَّتِي لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ . فَإِذَا رَأَيْتُم اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ
“Sesungguhnya
umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan, maka apabila kalian melihat
perselisihan maka bergabunglah dengan mayoritas umat”
Berdasarkan hadits-hadits
di atas dapat dikatakan bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan mayoritas umat
Muhammad. Karena
akidah golongan mayoritas umat Islam mendapatkan jaminan kebenarannya dari
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Dalam hadits lain Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّتِي أَوْ قَالَ أُمَّةُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى ضَلاَلَةٍ وَيَدُ اللهَِ مَعَ اْلجَمَاعَةِ
وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إلَى النَّارِ
“Sesungguhnya Allah tidak
mengumpulkan umatku (atau beliau mngatakan umat Muhammad -shallallahu ‘alaihi
wasallam-) pada kesesatan dan pertolongan Allah bersama al Jama’ah (mayoritas
umat) dan barang siapa yang menyempal maka ia menyempal ke neraka”[4]
Kemudian
sejarah telah membuktikan bahwa mayoritas umat Muhammad pada setiap generasi
dari dahulu hingga sekarang adalah Asy’ariyah (orang-orang yang
mengikuti Abul Hasan al Asy’ari) dan Maturidiyah (orang-orang yang
mengikuti Abu Manshur al Maturidi). Akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah dianut oleh
umat Islam di seluruh dunia Islam seperti Indonesia, Malaysia, Mesir, Brunai
Darussalam, Suria, Lebanon, Yordania, Palestina, Maroko, Libya dan seterusnya. Dengan
demikian sangat tepat apabila al Hafizh Murtadla az-Zabidi (W 1205 H) dalam kitabnya Ithaf as Sadah al Muttaqin syarh
Ihya Ulumiddin juz II hlm. 6, menyimpulkan bahwa Ahlussunnah
Wal Jama’ah adalah Asy’ariyah dan Maturidiyah, beliau mengatakan:
الفَصْلُ الثَّانِي : إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ
السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِمْ اْلأَشَاعِرَةُ وَاْلمَاتُرِيْدِيَّّةُ
“Pasal Kedua:
"Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah al
Asy’ariyyah dan al Maturidiyyah”.
Seluruh
ulama dalam madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab
Hanbali (Fudhala’ al Hanabilah) adalah Asy’ariyah dan Maturidiyah. Demikian juga mayoritas ulama
dalam semua disiplin ilmu seperti mutakallimin, muhadditsin, shufiyun,
ushuliyyun, mufassirun dan juga
mayoritas para khalifah dan sultan. Mereka seperti al Khatib al Baghdadi, al
Hafidz ad Daruquthni, Abdul Basith a Fakhuri, Ibnu Hajar al Asqalani, al Imam
ar Rifa’I, al Hafidz al Iraqi, Abu Bakar Ibn Furak, Abul Hasan al Bahili, al Qadhi
Abdul Wahhab al Maliki,Abul Qasim al Qusyairi, Zakariya al Anshari, al Ghazali,
al Qadhi Iyad, Ibnu Aqil al Hanbali, al Hafidz al Alai, Abu Bakar al Bakilani,
al Imam al Juwaini, Taqiyuddin as Subki, Fakhruddin Ibn Asakir, al Hafidz az
Zabidi, Sultan al Fatih, Sultan Shalahuddin al Ayyubi dan lainnya tidak
terhitung banyaknya.
Kebenaran akidah
Asy’ariyah selain dibuktikan dengan dianutnya akidah tersebut oleh mayoritas
umat Islam. Kebenarannya juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah ketika turun
firman Allah ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ
وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ
وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
Ketika
turun ayat ini, Rasulullah menunjuk pada sahabat Abu Musa al Asy’ari seraya
mengatakan: “mereka adalah kaumnya ini”. Padahal Abul Hasan al Asy’ari adalah
keturunan dari sahabat Abu Musa al Asy’ari. Dengan demikian para pengikut Abul
Hasan al Asy’ari (Asy’ariyah) adalah kaum yang dimaksud dalam ayat di atas,
yaitu kaum yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah.[5]
Sedangkan
kebenaran akidah Maturidiyah juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wasallam- beliau bersabda:
لَتُفْتَحَنَّ اْلقِسْطِنْطِيْنِيَّةُ فَلَنِعْمَ اْلأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا
وَ لَنِعْمَ اْلجَيْشُ ذَلِكَ اْلجَيْشُ
“Benar-benar
Konstantinopel akan ditakhlukkan, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya
dan sebaik-baik tentara adalah tentara tersebut”[6]
Sejarah telah membuktikan bahwa kota Konstantinopel
baru berhasil ditaklukkan 800 tahun setelah masa Rasulullah, setelah beberapa
kali dilakukan uji coba oleh para khalifah, namun gagal. Konstantinopel
berhasil ditakhlukkan oleh Sultan Muhammad al Fatih yang berakidah Maturidi dan
bala tentaranya yang sebagian Maturidiyah dan sebagian yang lain Asy’ariyah. Mereka
meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat, mereka bertabaruk dengan para wali.
Menjelang kemenangan umat Islam Sultan Muhammad memerintahkan kepada menterinya
untuk datang ke perkemahan seorang wali yang shalih untuk mencari berkah, dan
akhirnya umat Islam menuai kemenangan besar. Pujian Rasulullah dalam hadits
tersebut membuktikan kebenaran akidah yang dianut oleh sultan Muhammad al Fatih
dan bala tentaranya, karena tidak mungkin Rasulullah memuji seseorang yang
akidahnya salah dan sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar